Masyarakat Indonesia senang dengan segala hal yang yang berbau tidak rasional. Beberapa tahun lalu, tanaman hias anthurium, telah dianggap sebagai komoditas yang mengalami “booming”. Tanaman hias ini dianggap trendi, dicari-cari pembeli, sehingga harganya melambung tinggi.
Sebelumnya tanaman jarak pagar, dihebohkan sebagai komoditas yang juga akan mengalami booming. Ada pula mahkota dewa, ada lobster air tawar, pernah pula cacing, jangkrik, ikan Arwana, Louhan, burung Klabet dan lain-lain. Siapakah yang memerlukan ikan Louhan atau Arwana dalam jumlah banyak, dan dengan harga ratusan juta per ekor?
Lalu untuk apa?
Cacing yang dijual dengan harga Rp250.000 per kg, diisukan sebagai bahan kosmetika bernilai tinggi. Untuk saat ini adalah burung Klabet juga mengalami hal yang serupa. Ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah perekor karena diisukan sebagai bahan kosmetika bernilai tinggi.
Masyarakat kita tidak pernah bersikap kritis. Hingga mereka mudah sekali tertipu. Termasuk tertipu oleh iming-iming investasi agro “bagi hasil”. Katakanlah investasi ginseng beberapa tahun yang lalu di beberapa daerah di Indonesia. Yang akhirnya menghasilkan banyak orang miskin atau orang gila baru.
Setelah booming itu selesai, orang menunggu-nunggu, sambil terus bersiap-siap, kapan mereka akan booming lagi. Tanaman atau hewan apa lagi yang akan mengalami booming. Padahal, sekarang ini dunia sedang bergelut dengan kekhawatiran akan menggilanya harga bahan pangan. Jadi yang seharusnya akan mengalami booming adalah komoditas pangan, bukan tanaman hias atau hewan peliharaan yang notabene bukan kebutuhan pokok melainkan kebutuhan perorangan.
Lalu apakah benar selama tahun 2006- 2007, telah terjadi booming tanaman hias anthurium daun?
Sebenarnya yang terjadi bukan booming, melainkan perilaku rakus dan ingin cepat kaya dari orang-orang tertentu. Permainan dari pemilik modal di kalangan atas, yang menghembuskan berita bahwa Anthurium adalah sesuatu yang berharga mahal. Membuat seolah-olah harganya terus menggila. Ketika harga sudah bisa dipastikan akan terus menggila, maka mereka mulai menyetock sebesar-besarnya. Ketika harga sudah cukup menggila, bahkan bagi mereka sendiri.
Semua stock mereka lepas kepada masyarakat awam yang tentunya memberikan keuntungan tak terhingga bagi mereka. Setelah stock mereka habis, maka mereka menghentikan permintaan yang akhirnya membuat harganya menjadi terjun bebas ke harga semula bahkan lebih parah lagi. Tanpa memperdulikan berapa orang yang benar-benar menjadi gila karenanya, berapa keluarga yang hancur karenanya.
Secara logika, tidak pernah ada perorangan atau lembaga, yang memerlukan tanaman hias anthurium daun, dalam jumlah massal, dengan harga mencapai puluhan, ratusan juta bahkan milyaran rupiah per tanaman. Tetapi informasi bahwa harga anthurium mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, terus berhembus kemana-mana. Semua percaya, lalu membeli anthurium dengan harapan nanti bisa menjualnya lagi dengan harga lebih tinggi.
Booming itu ternyata hanya sebentar, mereka yang rakus dan tergila-gila dengan impian keuntungan berlipat-lipat, menimbun anthurium daun secara massal akhirnya gigit jari, tidak sedikit yang menjadi gila beneran, rumah tangga hancur, dll.
Tak ada lagi yang mau membeli komoditas ini. Sementara tanaman itu memerlukan tempat, memerlukan perawatan, dan si penimbun hanya bisa berharap, harga akan naik lagi. Padahal booming itu hanya akan terjadi sesaat, dan sekali. Pemilik anthurium terlanjur investasi sampai milyaran rupiah, sekarang hanya berharap akan koleksinya cepat laku, berapa pun harganya. Termasuk yang sudah terlanjur investasi secara besar-besaran.
Adalah Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah yang masyarakatnya begitu tergila-gila waktu itu (begitu juga kasus ginseng, ikan louhan, burung klabet, dll). Bupatinya bahkan telah mengklaim, bahwa Karanganyar adalah kabupaten anthurium. Ngargoyoso sebagai pusatnya Anthurium baik dari dulu, saat itu hingga sekarang.
Namun beberapa hari yang lalu, seorang teman mengaku ada orang yang mencoba menanyakan koleksi Jenmani-nya. Kemudian dia bertanya ke Saya, apakah ada tanda-tanda bahwa Anthurium akan booming lagi di tahun 2013 ini?
Kemudian saya coba browsing mencoba mencari konfirmasi tentang hal ini. Memang ada beberapa postingan baru tentang Anthurium di tahun 2013 ini. Juga pencarian dengan keyword tersebut mengalami peningkatan. Tapi belum bisa dipastikan bahwa Anthurium akan booming lagi. Setidaknya untuk tahun ini, entah untuk tahun kedepannya (entah kapan ^_^).
Mungkin ini adalah awal dari cara menghembuskan isu-isu seperti di awal millenium yang akhirnya menggilakan pangsa pasar. Jadi semua kembali pada Anda masing-masing. Bila Anda ingin coba-coba, tak ada salahnya membelinya. Baik bibitan ataupun indukan, mumpung harganya masih murah. Tapi resiko tanggung sendiri lho!!
Semua sah-sah saja, asal tidak berlebih-lebihan. Karena Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar